Pemahaman konsep Pekarangan

Advertisement
Informasi terbaru Pemahaman konsep Pekarangan Bulan
Pemahaman konsep Pekarangan - Rencana pekarangan dikenalkan oleh sekumpulan orang yang datang dari Indochina serta setelah itu menetap di Jawa Tengah mulai sejak th. 860 M. Pekarangan berkembang kearah Jawa Timur, Madura serta Bali serta penyebaran ke daerah Jawa Barat pada era ke-18 (Terra dalam Christanty et al., 1985). 

pekaranganrumahku.blogspot.com

Pemahaman konsep Pekarangan


Pemahaman pada rencana pekarangan didefinisikan sebagai satu bentuk ekosistem buatan di mana komune penyusunnya didominasi oleh tanaman budidaya yang bermanfaat untuk orang-orang penghuninya (Purwanto serta Munawaroh, 2001). Sedang Affandi, (2008) menyebutkan kalau pekarangan adalah satu type rimba desa, system yang bersih serta terpelihara dengan baik serta ada di sekitaran tempat tinggal, memiliki ukuran kecil (0, 1 ha), dipagari serta ditanami dengan beragam type tanaman dari mulai sayur-sayuran hingga ke pohon yang memiliki ukuran tengah dengan ketinggian 20 m, serta banyak dikerjakan oleh orang-orang di Pulau Jawa. Kurniasari, (2002) mengatakan kalau pekarangan yang utuh terbagi dalam : tempat tinggal, dapur, peceren, pawuhan, pelataran, ternak serta system tanam. Peceren yaitu tempat pembuangan air. Pawuhan yaitu tempat pembuangan sampah dapur. Pelataran yaitu sisi dari pekarangan yang dilewatkan bersih, umumnya ada didepan tempat tinggal dengan menanam tanaman dengan maksud estetika. 

Malik serta Saenorig, (1999) mengungkap pada intinya usahatani pekarangan sama juga dengan usahatani tempat kering yang lain seperti tegalan, kebonan atau paduan dari keduanya. Hingga perbandingan pada tanaman tahunan serta tanaman semusim begitu beragam. Hal semacam ini begitu tergantung dari petani, ukuran tempat serta kondisi geografis pekarangan itu. Akan tetapi lantaran letaknya yang khas, susunan serta manfaat pekarangan yang lain jadi, usahatani pekarangan memiliki sebagian ciri khas yang gampang dilihat, yakni :  

1. Ada sama-sama keterikatan di antara sub system tanaman pangan, hortikultura semusim, sub system tanaman tahunan, sub system peternakan serta sub system perikanan. 
2. Meraih produksi serta produktifitas lewat optimalisasi pemakaian tempat tanpa ada meremehkan beberapa segi pekarangan yang lain yakni sosial kultural, nutrisi serta kesehatan, ekonomi, ekologi serta keindahan. 
3. Melibatkan semua anggota keluarga hingga umumnya aspek produksi tenaga kerja kerapkali tak diperhitungkan. Pengawasan serta pengelolaan biasanya dikerjakan oleh golongan ibu yang dengan cara inti semakin banyak waktunya ada di lokasi pekarangan. 
Keanekaragaman type tanaman di pekarangan biasanya sudah menyesuaikan dengan keadaan lingkungan pekarangan itu. Aspek lain yang memengaruhi keanekaragaman type tumbuhan pekarangan yaitu segi sosial, budaya serta ekonomi (Purwanto serta Munawaroh, 2001). Kebun-kebun pekarangan (home-garden) menggabungkan beragam sumber daya tanaman asal rimba dengan beberapa jenis tanaman eksotik yang berguna untuk kehidupan keseharian, seperti buah-buahan, sayuran serta tanaman untuk penyedia bumbu dapur (Bhs. Jawa : tanaman rempah), tanaman obat, dan type tanaman yang dipercaya mempunyai manfaat gaib. Misalnya, menurut keyakinan di Jawa ranting pohon kelor (Moringa pterygosperma Gaerttn.) bisa dipakai untuk menyingkirkan kekebalan seseorang yang ber- ’ilmu’. Ranting bambu kuning bisa dipakai untuk mengusir ular dsb (Hairiah, Sardjono serta Sabarnurdin, 2003). 

Makin banyak campur tangan manusia bikin pekarangan jadi makin artifisial (system buatan yg tidak alami). Kekhasan vegetasi rimba kerapkali masihlah dapat diketemukan, umpamanya bisa didapati beragam type “tumbuhan bawah” seperti beragam jenis pakis (fern), atau epifit (umpamanya anggrek liar). Kekayaan macamnya beragam, sebagian pekarangan yang tidaklah terlalu banyak campur tangan pemiliknya mempunyai keanekaragaman yang cukup tinggi, yang bisa meraih kian lebih 50 type tanaman pada tempat seluas 400 m2 (Hairiah et al, 2003).
Advertisement

0 komentar:

Posting Komentar